
RADAR MOJOKERTO. Dalam memanfaatkan kemajuan jaman, mungkin bisa meniru warga kampung satu ini. Mereka bersepakat mempermudah akses internet di lingkungan sekitarnya agar dapat memperbaiki kualitas hidup.
Kondisi Kampung RT 02 RW 01 Kelurahan Mentikan Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto ini tak ubahnya kampung padat penduduk lainnya. Gang yang sempit bersih, jajaran pemukiman warga , bentuk jalanan gang mulus terkena siraman aspal hitam. Ketika malam lingkungannya kelihatan bersih, jauh dari kesan temaram. Beberapa sudut lorong diisi bebungaan dalam pot besar. Ada pula dinding kosong yang disapu goresan gambar.
Tapi siapa sangka kampung yang kerap dipandang minor ini sudah terkoneksi internet selama 24 jam. Terdapat 10 pemancar gelombang internet yang dipasang pada tiga gang, yaitu gang 2,3 dan 5. Setidaknya dapat mencakup 70 Kepala Keluarga ( KK ) dengan jangkauan pemancar hingga 1 kilometer.
Sejak beberapa bulan lalu waga setempat bersepakat untuk mempermudah akses internet dikampung nya. Inisiatornya Moch. Subecha yang juga Ketua RT 02. Sudah sekitar 5 bulan ini ungkapnya kepada Jawa POS Radar Mojokerto, saat ditemui di bank Sampah setempat.
Staf IT Unair Surabaya ini bercerita, sejak menjabat Ketua RT dirinya punya gagasan untuk mendekatkan warga dengan akses internet. Lantaran, lewat internet, dia percaya banyak peluang yang bisa diraih. Baik kemajuan dari segi ekonomi, pendidikan, budaya, hingga lingkungan.
Ide membuat kampung siber itu pun dia lempar kepada warga. Tentunya tak semudah membalikkan telapak tangan. Ide itu malah dianggap terlalu muluk. Sering disebut “keduwuren” ( telalu muluk ) ini pak RT. ucap Subecha menirukan cibiran warga. Tapi rupanya hal itu tidak lantas membuat mental nya kendor.
Mulai dia rekrut beberapa warga yang sepaham. Dia manfaatkan Mushalla untuk dijadikan titik kumpul akses internet. Caranya dengan memasang router wifi sederhana, awalnya hanya sebagai akses media sosial, browsing yg sederhana" sambung pria berkacamata ini.
Perlahan tapi pasti akses internet kian digemari. Lalu warga yang tertarikpun memasang penangkap sinyal. Subecha pun memasang anterna pemancar agar jangkauan lebih luas lagi. Warga lain yang awalnya ragu ikutan berlangganan wifi rupanya kepincut. Itu setelah mereka tahu bahwasannya nggak perlu biaya besar, bahkan jika ditanggung bersama biaya bulanan langganan internet bisa sangat murah. Sekarang ini akses internet sudah menjangkau maksimal 1km meter dari pusat di RT 02. Warga sudah terbiasa mengakses internet, baik lewat telepon mapun kumputer jinjing. Setiap wifi mereka memiliki kata kunci supaya anak-anak tidak leluasa. Karena akses untuk anak-anak harus ada pengawasan" terang pria berambut terang ini.
Kemudahan akses internet itu dikembangkan. Ada Bank Sampah yang baru dibentuk. Pengelolaannya kini menggunakan aplikasi internet. Pengurus tidak perlu tergantung dari buku pencatatan yang besar dan berat. Mereka tinggal membuka aplikasi banksampah.id. Lalu mencatat sampah yang disetor anggota dari warga setempat. Aplikasi ini didapatkan gratis di dunia maya. Karena khusus diperuntukkan pengelolaan bank sampah di tingkat warga. Untuk pengembangan nanti anggota dapat menggunakan aplikasi smash. Jadi kalau setor sampah dia tinggal buka aplikasi nanti petugas datang" rinci dia.
Suciwati, pengurus Bank Sampah Kampung Cyber, mengaku sangat terbantu dengan adanya aplikasi tersebut. Meski masih baru, dirinya berharap pengelolaan berbasis internet dapat berkembang "untuk sekarang ini aplkasi ini memudahkan pengurus dalam mengelola bank sampah" tuturnya dilokasi yang sama.
Senada pula disampaikan Nuris, juru catat dan timbang Bank Sampah Kampung Cyber. Akses internet memudahkan koordinasi antar bank sampah. Juga ketika meminta bank sampah induk agar datang untuk menjemput hasil pengumpulan ditingkat RW " tinggal ketik OTW" di grup, para anggota sudah tahu. Mereka bisa langsung setor. Petugas jemput dari BSI juga bisa terhubung " tutur ibu rumah tangga ini.
Tak hanya bank sampah. Akses internet dimanfaatkan untuk meningkatkan perekonomian warga. Mereka yang memiliki usaha diajari internet marketing. Sekarang sudah ada 11 UKM yang siap bergabung memiliki jalur pemasaran lewat internet. Akan tetapi ini butuh terus dilatih. Harapannya ada kerjasama untuk pelatihannya baik dari pemerintah atau instansi lain" inginnnya.
Ke depan warga juga ingin mengembangkan kemudahan akses internet sebagai pemicu kemajuan kampung. Seperti lahan kosong untuk pertanian perkotaan memanfaatkan sampah rumah tangga untuk kompos, juga membuat space untuk selfie. Anak-anak perlu didorong membuat vlog cetus dia seraya menyebutkan kampung sudah memiliki website di www.mojokertocyber.com
Dirinya mengakui dengan internet kemudahan memang banyak diraih. Namun dia dan warganya tetap keluar rumah. Tidak hanya berdiam dalam rumah. Mereka bisa nongkrong di persimpangan gang. " Kalau malam keluar rumah seperti ini. Nongkrong sambil ngobrol, lalu nanti mengambil jimpitan" pungkas nya. (abi)
Sumber : Fendy Hermasyah, Radar Mojokerto